woensdag 18 maart 2009

Nurdiana: NUSANTARA BULAN SEPTEMBER

NURDIANA:

NUSANTARA
BULAN SEPTEMBER.

Di langit ke tujuh,
riuh gemuruh,
bersama bidadari ria menari,
gentayangan arwah jutaan korban siksaan tirani orba,
bersenandung kidung
berdendang lantang,
rentangkan lengan
mengurai jari-jemari menari,
genjer-genjer,
di bulan September.

Di belahan Utara jagat raya,
belibis liar beterbangan
ke arah Selatan hindari ancaman kedinginan,
bayu sejuk membelai hamparan daratan dan pegunungan,
dedaunan kekuningan berjatuhan,
menyambut datang musim gugur yang nyaman.

Di bumi belahan Selatan,
burung-burung berkicauan,
mengiringi wangi
bunga-bunga mekar menyambut musim semi.

Di langit ke sembilan,
tersedu pilu Dewi Keadilan,
gundah gulana keadilan diperkosa
penguasa orba Nusantara.

Di khatulistiwa,
bagai petir di siang bolong membahana,
bulan Agustus Mahkamah Agung titisan orba,
memenangkan gugatan sang Tiran,
memvonis denda satu trilyun rupiah
majalah Time yang membongkar dosa
rahasia pencurian harta negara.

Tiran dapat lindungan,
yang anti tirani dapat hukuman,
keadilan diperkosa,
pembodohan bersimarajalela.

Awas ! Awaslah !!!
Tanda bahaya bagi wartawan sang Ratu Adil,
tantangan bagi rakyat berani-berani
menuntut Tiran diadili.

Di kala Sang Tiran senyum menyeringai tersipu menang,
dan para antek tengah bergendang paha,
di New York berkumandang pengumuman:
Soeharto Tiran
adalah koruptor Agung
nomor wahid di jagat raya !

Ke arah mana angin bertiup ?

Satu-satu dijajarkan:
para gembong koruptor dunia,
penghisap kekayaan negara,
berlomba kelihayan menimba dosa,
dari Filipina, Nigeria, Peru, Konggo……
sang juara adalah Soeharto.

Di Cili Pinochet diseret ke meja hijau,
di Filipina Estrada di vonis seumur hidup,
di Peru Fujimori diajukan ke pengadilan,
semua mantan Kepala Negara,
penguasa,
maling raksasa kekayaan negara.

Masih berapa lama para pembela orba,
bertulang-punggung Golkar tambah senjata,
bisa menggalakkan pembodohan,
dan bertahan melindungi Tiran ?

Putusan Mahkamah Agung memenangkan gugatan Tiran,
perkosaan keadilan dan pembodohan,
menyatakan Pancasila sakti,
hingga ada Hari Kesaktian Pancasila,
dan pembakaran buku-buku sejarah,
jelas-jemelas pembodohan terang-terangan.

Asal ada kebebasan,
rakyat tak bodoh,
punya mata dan telinga,
ada Aditjondro menelanjangi harta karun haram,
ada Umar Said menghimpun fakta dosa Soeharto,
ada Asvi Warman melawan pembakaran buku sejarah,
dan banyak lainnya insan-insan jujur yang tahu kebenaran,
yang tak mempan dilalap pembodohan.

Di kala Nusantara dilanda duka nestapa,
mengenang arwah jutaan korban kebiadaban orba,
kini bertiup angin nyaman,
lah kian sempit ruang sembunyi bagi sang Tiran.

Sejarah kan menyaksikan,
kebangkitan rakyat tak tertahan,
mengutuk dosa tak berampun Soeharto sang Tiran,
gelombang rakyat bangkit berlawan,
kan bagai lahar Merapi membludak,
melanda musnah penguasa orba.

Kaum yang ditindas orba kian bangkit.
kaum yang dibodohkan bertambah sadar.

Dunia sedang berganti rupa !!!.


*****


29 September 2007.

(Menyambut Peringatan 42 Tahun Tragedi Nasional 1965)

Geen opmerkingen:

Een reactie posten